Cinta Pertama, sebuah kata-kata yang asing buatku yang baru duduk di kelas dua SMP, memang teman-temanku sudah banyak yang berpacar-pacaran sejak SD namun itu adalah hal paling bodoh yang terpikirkan olehku, pacaran sejak SD apa akan bertahan sampai dewasa nanti?
Apa ini hanya salah satu permainan dari anak-anak SD saja? Saat itu aku terlalu lugu untuk memikirkan hal itu, mungkin juga aku termasuk anak SMP yang kurang laku dan kurang gaul.
Manusia es atau terkadang dipanggil manusia yang sakit pikirannya, kenapa? Karena aku kurang peduli dengan sekitar namun sering bertindak tidak masuk akal. Contohnya saja saat pelajaran Matematika di kelasku, guru matematika itu bernama Pak Nandang dan beliau sangat killer namun juga sangat humoris, tidak jarang aku bingung beliau memarahiku atau sekedar bercanda bahwa nilai matematikaku tidak pernah lolos remedial, Anda tahu maksud saya.
Pagi itu adalah pagi yang sibuk di kelas, sibuk mengerjakan PR matematika tepatnya. Aku tidak punya niat dihukum oleh Pak Nandang, namun tingkat kemalasanku jauh lebih tinggi dari tingkat ketakutanku padanya.
Bel sekolahpun berbunyi menyusuri seisi sekolah. Pak Nandang masuk ke kelas sambil membawa penggaris yang panjangnya kira-kira dua meter, itu lebih terlihat seperti pedangnya Samurai X dibanding penggaris.
"Pagi anak-anak, tugas kemarin silakan dikumpulkan sekarang!" teriak beliau dengan mood yang tidak bagus, dan sangat terlihat berbahaya, dengan penggaris pedang Samurai X di tangan kanannya. Seakan ada tulisan "CAUTION!!" Di atas kepalanya.
" Pak ijin ke toilet" aku berusaha kabur dari lingkaran kematian, lalu bangun dari tempat dudukku.
"Mau ngapain kamu?" Tanya beliau sambil mengayunkan penggarisnya.
"Ah, Bapak masa saya kasih tau," aku balas spontan dengan harapan dia tertawa dan mengijinkanku lepas dari jeratan neraka.
"Kamu gak sopan sama saya!" Teriak beliau dengan nada yang lebih tinggi sambil memincingkan matanya.
"Yah Pak masa saya bilang, saya mau ke toilet buat ngindarin ngumpulin tugas? Gak mungkinkan, Pak?" kata-kata itu mengalir dari otak ke mulut, dan sialnya aku salah maksud. Jerk!
Alhasil, gue dijemur di depan kelas sambil hormat bendera saat matahari sedang bersinar terik. So hot!
Nggak lama kemudian, anak PASKIBRA datang ke arahku dan menurunkan benderanya.
"Dihukum?" Tanya anak tadi sambil memutar tali bendera.
"Iya disuruh hormat bendera, sama Pak Nandang," jawabku dengan posisi tetap hormat bendera.
"Oh hormat bendera, sekarangkan benderanya mau gue turunin terus disimpen di ruang Kepsek, berarti hukuman lo udah selesai, kan?"
"Emm.." aku mikir keras, ini tak masuk akal namun realitanya benar.
Aku bergegas masuk ke kelas dan mendekati beliau dengan perlahan.
"Maaf Pak, hukuman saya sudah selesai?" Tanyaku dengan nada pelan.
"Memang saya sudah bilang selesai?" Tanya beliau sambil memilah-milah tumpukan kertas tugas.
"Belum Pak, tapi kata Bapak saya dihukum hormat bendera dan sekarang benderanya udah diturunin anak PASKIBRA. Berarti hukuman saya udah nggak berlaku ya, Pak?" Jelasku.
Dan ending-nya tak perlu diceritakan, rapotku semester ini bagaikan surat cinta dari neraka.
Di sisi lainnya, anak-anak kelas sudah sangat mencapku sebagai manusia dengan hati es, karena sama sekali tak mau berhubungan dekat dengan permpuan.
Sebelum perempuan yang jauh di sana mengenalkanku apa itu kasih sayang dan apa itu perbedaan.
Facebook yang saat itu booming dan sangat terkenal di setiap kalangan membuatku juga tidak mau ketinggalan, siapa yang tidak tahu Facebook saat itu?
Sampai pendirinya menyabet deretan Penghargaan. Anak muda dengan penghasilan terbesar di dunia. Mark Zugerberk.
Di saat orang-orang yang rajin main friendster, yahoo massenger, atau myspace.
Facebook datang dan menawarkan sesuatu yang lebih fresh dan mudah digunakan, aku pun turut membuat akun dengan bantuan Kakak karena aku terlalu kecil untuk mengetahui bagaimana cara mendaftarnya.
Setelah Facebook-ku selesai dibuat dan mulai mencari nama-nama teman lama. Mulai dari teman SD sampai teman SMP, bahkan orang yang tak ku kenal sebelumnya.
Dari hari ke hari sampai bulan ke bulan, aku menikmati situs jejaring sosial yang benar-benar memudahkan komunikasi dan menjalin persahabatan dengan orang-orang baru.
Dan inilah awal mulanya, king of pop Michael Jackson meninggal dunia. Seluruh dunia gempar dan berkabung secara bersamaan, berita serta isu-isunya melintas cepat bagaikan angin topan.
Sampai Google pun sempat maintance beberapa menit akibat terlalu banyak keyword "Michael Jackson" secara serempak di seluruh dunia.
Kurasa inilah awal sekenario Tuhan dalam kisah cinta pertamaku.
Di Facebook aku bergabung dalam grup Michael Jackson Fanspage, dari situlah aku banyak berteman dengan para fans dari Michael Jackson di seluruh indonesia bahkan dunia.
Dan, perempuan yang bernama Monalisa mengirim surat di facebook-ku yang berisi,
"Hei Kevin, aku fans Michael Jackson amatir, jadi fans saat MJ meninggal, aku punya tugas sekolah buat mendeskripsikan tokoh yang diidolakan.. apa kamu bisa bantu? :)"
Dia juga mencantumkan nomer hpnya, aku yang saat itu masih lugu langsung menghubunginya dua hari kemudian, dia menanyakan hal-hal detail tentang si Raja Pop seantero dunia itu, tapi komunikasi kita tidak sampai di situ saja, setiap hari kita bertukar cerita.
Dia berasal dari Batam dan dia bercita-cita menjadi seorang balerina, cocok memang dengan kulitnya yang putih bersih, potongan rambut sebahu, lengakap dengan poni tebal menutupi keningnya, dan matanya agak kecoklatan. Ada kilatan optimis dari setiap kedipannya.
Diam-diam aku melihat profile facebook-nya, lalu memperhatikan satu-persatu foto-foto yang diunggahnya. Aku jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan orang yang jauh di sana.
Kurang lebih tiga minggu kita berkomunikasi dan jantungku seakan berhenti saat dia menyebutkan agama yang dianutnya yang berbeda denganku, mulai dari hari itu dia agak menjauh dariku, dia tak pernah menghubilungiku lagi, tak pernah membalas pesan singkat dariku, dan aku hanya bisa mentap profile facebooknya. Monalisa, perempuan pertama yang mengisi hatiku secara tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu dia masuk ke dalam hidupku memberikan kenyamanan dan canda tawa yang tak terlupa dalam setiap bait sms-nya.
Aku tak berhenti di situ, tak mau stuck di zona beku ini. Dengan kebulatan hati aku kembali menghubunginya, sekedar say hello dan menanyakan kabarnya saat ini itu sudah lebih dari cukup bagiku, saat itu adalah liburan kenaikan kelas. Yang artinya aku sudah menjadi anak kelas tiga Sekolah menengah pertama.
Dia masih sama seperti yang dulu, masih suka mengeluhkan hal yang sebenarnya dia mampu, masih suka bercerita tentang keluarganya, berbicara panjang lebar ditelpon dengannya berjam-jam itu sama sekali tidak terasa. Seakan seperti seorang anak yang baru menghubungi ibunya kembali setelah sekian lama tak bertemu.
Aku tak mau kehilangan sosok dia lagi untuk kedua kalinya, dan aku tak punya tempat bersenda gurau atau sekedar bercerita tentang semua hal yang dialami hari ini jika dia pergi lagi. Aku memutuskan untuk menjadikannya seorang pacar pertamaku, akan tetapi diapun menolaknya dengan alasan berbedanya agama yang kita anut.
Dan kau tahu? Aku sampai mencarinya di google, mengetik namanya, aku mencari dan membuka link-link yang ada dan akhirnya aku mendapatkan kabarnya. Dia sekrang menuntut ilmu.
Di SMA swasta di Batam, sungguh jauh dan dia benar-bemar telah melupakanku, dia telah lupa pernah mengenal dirilu sebelumnya yang pernah mengisi waktu bersama. Bodohnya aku, cinta pertamaku seorang perempuan yang berbeda agama. Aku tidak menyalahkan siapa-siapa tapi aku berusaha mengambil setiap pelajaran yang ada dari kisah ini. Dan tentunya berusaja mengikhlaskannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar