Kebudayaan Jepang di
Indoensia sangat kental dan mudah diterima oleh anak-anak muda maupun usia
lanjut. Why? Karena mereka bersudut pandang pada hal-hal berbau nuansa asing.
Terlebih Jepang dengan segala pesona kebudayannya.
Termasuk gue, Ari, dan Kakung yang sama-sama pecinta Jepang, khususnya pada anime dan manga. Sejujurnya gue hanya ikut-ikutan aja.
“Ri, gue tunggu di
depan fakultas ilmu budaya ya.”
“Iye, tujuh menit lagi gue sampe.” Lalu telpon dimatikan.
Mata Kakung memandang gue dengan tanda tanya besar. “Lama banget sih, kita udah janjian dari jam berapa? Kalau di Jepang orang kaya Ari udah pasti dipecat!”
“Entahlah, mungkin dia punya alasan yang kuat.”
Orang-orang berpakaian Jepang berlalu-lalang di wilayah fakultas ini, berbagai arsitektur Jepang melekat pada dinding-dinding gedung, dan dilengkapi pula dengan ornamen berwarna-warni. Teriknya cuaca kota Depok menambah nuansa Jepang semakin terasaa. Seketika beberapa kubik kota Depok berubah menjadi kampung Jepang yang mungil. Ini surga bagi penikmatnya.
“Sori gue telat, ada urusan yang ngedadak.” Ari datang dari arah Barat, kalau benar ia berangkat dari rumah, seharusnya dia datang dari arah Timur. Gue yakin dia tidak berangkat dari rumahnya.
“Nggak biasanya elo telat, Ri. Emangnya jarak dari rumah elo ke sini seberapa jauh sih?” Tanya Kakung.
“Kalau dari rumah
sekitar setengah jam jalan kaki.” Ari mengencangkan ranselnya yang berisi
penuh, entah barang apa di dalamnya.
“Oka, lo jelasin deh sama Kakung.”
“Udahlah, nggak usah masalahin itu, ayo masuk acaranya udah mulai dari tadi.”
Dugaan gue benar,
suaasana Jepang amat kental dan semarak saat masuk ke dalam gate dan
auditoriumnya. Sesak dan padat tidak mengurangi antusias para penggila Jepang.
“Otaku[1] di sini panatik semua yah,” Cetus Kakung sambil memperhatikan pameran cosplay[2] di hall yang berbetuk bundar.
“Gue nggak sefanatik itu.” Sanggah Ari.
“Kalau nggak panatik, kenapa dateng ke sini dan elo koleksi komiknya?” Tanya Kakung dengan nada yang sedikit kesal.
“Fanatik dan hobi berbeda, fanatik itu over loud sementara hobi itu wajar.” Ari membetulkan posisi kaca matanya.
“Mulai deh debat lagi. Stop.. Stop, mendingan kita liat-liat merchendise yang dijual di sana yuk!” Ajak gue untuk meredam suasana sambil menunjuk beberapa toko action figure dan aksesoris.
“Oke,” Kakung mengacungkan jempolnya. Ari hanya menganggut.
“Ri, lo jalan di depna, di sini sesek banget susah lewat kalau gue di depan.” Gue mengisyaratkan Ari untuk maju.
“Sama aja, nggak harus gue, kan?”
“Ayolah,” Gue sedikit memohon, Ari memang seperti itu. Harus penuh dengan rasa hormat dan membutuhkanuntuk meminta bantuannya.
Ari berjalan ke depan tanpa mengatakan apapun, dia memandang sekitar sebelum mengambil langkah maju. Bukannya berjalan ke depan tapi dia malah berjalan ke arah koridor kiri.
“Ri, kita mau ke toko action figure?” Tanya gue mesatikan.
Ari menunjuk beberapa orang
cosplay di seberang kami berjalan menuju hall
tengah. “Liat di sana ada gerombolan orang cosplay, kan? Kalau kita ambil jalan
tengah, otomatis nggak akan bisa lewat. Orang-orang pasti banyak yang minta
foto bareng.”
Seketika gue dan Kakung hanya bisa memanggut-manggutkan kepala tanpa mengeluarkan argumen. Sudah maklumbagi teman-teman Ari jika dia pintar sekali memilih hal yang lebih kreatif dan out of the box. Ternyata memang benar, memilih jalan memutar lebih aman dan tidak terbawa arus orang-orang yang ingin foto bersama di hall.
“Tuh, action fiigure-nya, gue ijin ke toilet dulu yah,” Lalu Ari pergi tanpa menunggu jawaban gue dan Kakung, untuk orang yang mengenalnya pasti mengira dia tidak sopan, tapi bagi kami itulah dia.
Obrolan antara gue dan Kakung juga hanya hal yang singkat dan penting saja, mengingat suasana ramai di sini sulit untuk berkomununikasi. Misalnya jika ada hal yang bagus, Kakung hanya mengisyaratkan dengan tangannya sambil mecolek gue. Jujur, gue nggak menyangka festival ini akan dihadiri orang sebanyak ini. Meskipun didominasi oleh remaja tapi orang yang sudah lanjut pun ada. Mungkin, semasa mudanya mereka sangat mengidolakan Jepang tapi belum tersalurkan pada jamannya.
“Ka, si Ari ke mana sih? Nggak dateng-dateng dari tadi?”
“Nggak tau, kita ke toilet aja deh.”
Setelah bersusah payah melewati lautan manusia, akhirnya gue dan kakung bisa keluar. Dan mata gue tertuju pada satu orang, di tengah hall. Orang-orang heboh melihatnya dan bergantian mengambil foto darinya. Ari!
Ari ikutan cosplay dengan kostum heboh yang entah karakter dari anime apa.
Dia memang manusia ynag tidak bisa ditebak pikirannya. Kakung pun ikut terkesima melihat Ari yang berkostum lengkap dengan jubah hitam panjang dan garis-garis putih sambil memegang pedang dengan detil sempurna membuat orang-orang melihatnya terheran-heran dan pasti akan menanyakan., “Berapa lama mepersiapka ini?” atau “Berapa total biaya yang dihabiskan?” dan pertanyaan itu juga ada di otakku.
“Ka, si Ari cosplay
jadi Kirito di anime Sword Art Online! Gila itu keren banget!”
“Iya? Gue nggak tau
anime itu, tapi yang jelas kostum sama pedangnya nggak murah.”
Dengan cepat gue dan
Kakung menuju ke hall melewati
beberapa kerumunan orang yang ingin bergantian foto bersama.
“Ri, gila lo keren
banget!” Cetus gue. “Kenapa enggak bilang-bilang.”
“Emangnya kalau mau
cosplay harus bilang?” Ari tersenyum tipis.
“Abis berapa lo?” Tanya
Kakung.
Pertanyaan Kakung belum
sempat diujawab beberapa orang langsung mengajaknya foto bersama. Setelah
selesai Ari berbalik lagi, “Nggak sama sekali. Pedang ini gue bikin sendiri,
dari potongan kayu terus gue cat. Jubahnya juga Cuma sambungan jas hitam yang
gue ganti kancingn jadi putih.”
Level otak kreatifnya
jauh melampaui orang kebanyakan.
“Lo kreatif abis!” Gue
memukul pundaknya.
“Hobi nggak harus
menghabiskan uang, fanatik rata-rata menghabiskan uang!” Eksperesi Ari dingin.
Orang dengan tingkat
pemikiran yang kereatif akan memanfaatkan hal-hal yang tidak biasa, yah seperti
yang gue bilang tadi, Ari orang yang out
of the box. Selalu bisa mengambil hal-hal yang orang lain tidak pedulikan
menjadi hal yang menarik. Karakter yang jarang sekali dimiliki oleh oarng
banyak.
Cerpen ini diikutkan
pada Tantangan #KarakterINTJ yang diadakan @KampusFiksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar