DENGAN penampilan yang beler tapi tetap wangi, Sendi mampu menyembunyikan sisi lainnya. Ia
memiliki kelainan pada syaraf kemaluannya (baca: urat malu). Paras Sendi
yang berperawakan mirip dengan Justin Bieber cap Glodok ini, mampu dengan
mudah mencairkan hati para penghuni kelas (Kecoak, rayap, gonggo, dan
sejenisnya) dengan satu kali kedipan mata yang kelilipan asap kenalpot kopaja.
Yang selalu
Sendi tekankan dalam prinsip hidupnya yaitu, ‘jalani hidup seperti air yang
mengalir di comberan.’ Itu membuat diri Sendi berprinsip, mendapatkan
kasih sayang tidak harus jadian. Misalnya, kasih sayang dari temen, pacarnya
temen, temennya pacar , dan pacar-pacarnya orang lain, dengan cara menjadi
tempat curhat mereka. Lalu, memberikan solusi-solusi yang jitu.
Detektif yang
mengurusi konsultasi dari para jomblo-jomblo yang berserakan di muka bumi
(termasuk anda yang sedang baca buku ini) memberikan jalan keluar (pintu),
untuk kembali menjadi manusia yang penuh gairah dan bersemangat menikmati hidup
yang diberikan hanya satu kali oleh Tuhan. So,
kalau loe masih sibuk galau-galauan sambil dengerin lagu Geisha, shower-an
di kamar mandi tetangga, atau nyilet-nyilet tangan ngukir nama mantan segera
hubungi mereka, para detektif cinta!
Kepopuleran nama
Sendi sudah sangat menyebar dari mulut ke mulut (jangan mikir yang nggak-nggak)
para jomblo. Dari jomblo yang berseragam putih biru, sampai jomblo yang
berseragam napi sudah tahu paham betul. Bahkan
mereka tahu tempat kerja para detektif ini, yang beralamat di 212B Barber
street.Lihat bangunan yang hampir roboh dan bercat putih, tapi karena sudah
lama nggak dicat ulang, maka warna putihnya bermetafosa jadi kuning kecoklatan.
Maklum, belum ada dana buat ngecet ulang.
Visi dan misi
mereka berdua adalah membantu para remaja Indonesia menjadi remaja yang kreatif
dalam segala bidang pencucian uang, dan memiliki semangat korupsi.
Secara, Sendi khawatir melihat para jomblowan dan jomblowati yang terus
meratapi nasib di kamar mandi sambil nangis-nangis, shampoan pakai sabun colek,
dan mandangin foto mantan sambil bilang, ‘KENAPA HIDUP INI NGGAK ADIL?!’
Masalah bayaran
itu bisa dinegosiasikan oleh asisten Sendi, Mamat Solehudin dipanggil, Matson. Dia berdua bekerjasama membantu para klien dan memenuhi
permintaannya. Banyak di antara mereka yang meminta untuk memutuskan hubungan
mantannya dengan pacar barunya, yang jelas-jelas lebih tajir, mengintai
keseharian calon gebetan, dan merehabilitasi jomblo akut. Mereka lakukan itu dengan penuh kesabaran dan sedikit
kekerasan. Disetrum jika klien sedang ngelamunin masa lalu, misalnya.
Dari sinilah
kisah mereka mulai berbeda, mulai mengubah jalan hidup
dan reputasi ‘Detektif Sendok Holmes’ yang sudah terkenal seantero kampus harus
dipertaruhkan.
“Mat, lo kunci
target dari depan!” seru Sendi dengan walkie
talkie. Ini adalah momen di mana Sendi sedang mengintai pacar dari Jaka, mahasiswa
yang hobinya kuliah sampai kiamat.
“Target masuk ke
restoran, bareng sama cowok, cowoknya lebih ganteng dari Jaka, Sen!”
“WOIII! ORANGNYA
DENGER!” Sendi melirik ke arah Jaka yang
memasang wajah jengkel, bagaikan dosen yang abis ngerevisi judul mahasiswanya.
“Target
terkunci, dia duduk bareng cowok itu, Sen. Mesra amat kayak kucing mau kawin!” Seru
Matson, teringat Mesi, kucingnya yang meninggal tertabrak tukang air keliling.
“Gimana Jak,
langsung paranin aja?” tanya Sendi pada
Jaka.
“Jadi selama ini
dia selingkuh! Nggak nyangka gue.” Jaka menendang pintu mobil. Lalu bergegas
masuk ke dalam restoran itu.
“Jak, jangan
gegabah. Siapa tau itu Kakeknya!” Sendi menarik tangan Jaka, berusaha menahan
amarahnya. Tapi usaha itu gagal, malah wajah Sendi dijotos Jaka.
“Biar gue yang
beresin!” Jaka tak mampu meredam api cemburu yang sudah berkobar di dadanya. Cie cemburu, cie!
“Kok loe jadi
nonjok gue? Ngajak ribut loe?”
Lalu mereka
berdua berkelahi. Saling tinju, tendang, dan cubit-cubitan.
“Target mau
pergi, Sen..” Suara Matson dari Walkie
talkie. “Sen..”
Mereka berdua
masih sibuk baku hantam.
“KAMPRET LOE,
JANGAN GIGIT-GIGITAN DONG!” teriak Sendi.
“Sen..?”
“LO JUGA JANGAN
MAEN LUDAH!” teriak Jaka. “JAMBAK-JAMBAKAN
AJA!”
“Sen.. Targetnya
udah keluar restoran, loe udah ready di sana?” tanya
Matson dengan nada bingung. “Sen.. Loe nggak dimakan
Jaka, kan?”
“BOSEN IDUP
LOE!” teriak Sendi.
“WOOOI LOH
BERDUA MALAH BERANTEM! TARGETNYA LEPAS!”
“BERISIK!” balas Jaka dan Sendi kompak.
“...”
Ending-nya, ya tetep
aja ceweknya Jaka jalan sama selingkuhannya, Jakanya babak belur, Sendi babak belur,
Matson mengenang kucingnya.
$$$
Yap, sering banget misi gagal karena klien
itu sendiri. Kadang terlalu gampang panas saat ngeliat ceweknya jalan sama
cowok lain (dan lebih ganteng dari dia), terlalu mendramatisir kesedihan saat
ngeliat gebetannya jalan sama cowok lain, dan masih banyak lagi klien-klien
yang sering membahayakan keselamatan Sendi dan Matson. Padahal, bisa saja itu hanya
supir, majikan, atau om-om yang suka belanjain dia aja. Belum tentu pacar kok!
“Halo, bener ini
nomernya Sinta?” tanya Matson yang
sedang berpura-pura jadi Tedi—klien yang minta
bantuan detektif cinta untuk mengintai gebetannya, Sinta.
“Iya ini nomer
Sinta. Ada apa ya?” jawab suara cowok
dengan suara serak-serak sedap.
“Ini Sinta? Kok
suaranya kayak cowok, kamu transgender?”
“Gue cowoknya,
mau apa lo telpon-telpon cewek gue?!” bentak cowok itu.
“Mampus gue,” batin Matson. “Enggak, Mas. Saya mau nawarin
asuransi hidung dan tenggorokan, barangkali Masnya mau?” lalu terlepon ditutup.
Tuuut.. tuuut..
“Kok loe malah
nawarin asuransi, Mat? Kerja yang bener!” sendi menepuk pundak Matson.
“Bu¾bukan, Sen. Itu tadi cowoknya
Sinta,” jawab Mamat gemeteran. “Dia bakal nelpon balik nggak
yah?”
“Buang aja
kartunya, beli perdana baru!”
Matson membenturkan kepalanya ke meja kerja.
Klien tak lazim
“Sendi, kita
dapet kasus baru.” Matson menepuk bahu Sendi, sambil memperlihatkan e-mail yang
baru saja masuk.
“Bentar, lagi
seru nih,” jawab Sendi yang sedang stalking
followers Dara Prayoga, lalu mem-follow akun yang ber-avatar bening.
“Ini liat dulu atuh!” Matson menarik sendok yang sedang
Sendi emut.
Kepada Tuan
Sendok Lemes,
Saya Vino, mahasiswa tingkat dua yang
berperestasi dalam bidang cinta bertepuk sebelah tangan. Ditolak sama kelima
anggota modern dance kampus, jadi
korban PHP penjaga perpus, dan yang terkhir jadi korban pelarian junior.
Saya mau punya pacar yang cantik dan baik kaya
di lagu Lyla. Dengan sangat hormat saya meminta tolong Tuan Detektif bisa
membantu saya agar Maya (anggota cheerleader
kampus) bisa jadi pacar untuk saya.
Sekian surat ini
saya sampaikan mohon Tuan pertimbangkan, saya berharap bisa diterima dan mendapatkan kesempatan untuk bekerjasama.
Kurang lebihnya saya ucapkan terima kasih.
Tertanda, Vino
kebasian.
“Loe yakin ini
namanya kasus?” Sendi melirik Matson dengan wajah kusut dan alis naik sebelah.
Matson menggaruk
rambutnya, “Yah, ini kasus juga namanya. Walaupun, di bagian akhir mirip surat
lamaran kerja. Tapi ini tetep klien kita.”
“Gue pikirin
dulu,” Sendi mengeluarkan gaya khasnya.
“Kelamaan.”
“Kita detektif
cinta, yang bantuin orang buat ngintai gebetannya dan hubungan-hubungan yang
mulai renggang. Bukan bantu nyariin pacar, kita bukan biro jodoh!” jelas Sendi.
“Apa bedanya
kita cariin sama kita bantuin orang jomblo nyari cewek? Kita kerja kayak gini,
karena dulu kita kaya mereka , kan?” Matson memandang Sendi serius. “Tujuan
kita ngebantu remaja Indonesia yang galau, kan? Itu tugas kita, Sen.”
Sendi menundukkan wajah dengan tangan kanan menempel di dagu, tanda
sedang berpikir jorok “OK, bales e-mailnya. Kita ketemu di Sevel hari
Minggu jam lima pagi.”
“Kayaknya belom
buka deh, Sen” Matson mikir keras. ‘Dari
namanya aja Seven
eleven berarti buka jam tujuh dan tutup jam sebelas,’ batin Matson
sambil geleng-geleng kepala.
“Yaudah, jam
tujuh.” Sendi membetulkan posisi kacamata agar terlihat
(sedikit) keren.
$$$
Tidak ada komentar:
Posting Komentar