Rabu, 12 Februari 2014

Kau, Si pembawa harapan itu

Biarkan Stasiun Kereta Api itu menjadi saksi. Ya, menjadi saksi bisu saat hati ini benar-benar merasakan kebahagiaan sekaligus keperihan bercanpur haru yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Aku takkan pernah lupa semuanya, Takkan pernah kulupakan.

Namaku Alisa, perempuan yang baru saja menyelesaikan pendidikan S1 disalahsatu Perguruan Tinggi Negeri di kota Bandung. Sebagai hadiah kelulusan itu, ada seseorang yang akan memberikan hadiah indah padaku dan sekarang aku akan mempersiapkan segalanya untuk hari ini.
Pagi itu aku bergegas siap-siap berdandan, mempersiapkan baju terbaikku, dan mengeluarkan barang-barang yang sengaja aku simpan untuk momen-momen spesial saja. Aku sibuk sekali membongkar dan mempersiapkan segalanya padahal jam digital dikamarku  menunjukan pukul lima kurang sepuluh menit pagi. Bayangkan saja, matahari masih belum menujukan wjudnya, bintang-bintangpun masih samar terlihat. Aku yang begitu bersemangat atau waktu yang bergulir begitu lambat? Entahlah,  intinya hari ini aku ingin merasa menjadi putri sejagad meski hanya sehari. Aku tidak boleh terlihat jelek di depannya, Seseorang yang sangat aku tunggu kedatangannya, pangeran dari dunia dongenngku Sebenarnya kami berjanji untuk kopi darat sudah sejak lama, rencana yang telah aku siapkan sejak jauh-jauh hari. Mulai dari awal bertemu sampai saatnya akan berpisah dan entah kapan bisa bertemu lagi. Mengapa aku siapkan segalanya dengan detil? Karena ini adalah pertemuan pertama aku dengannya setelah sekian lama kami berpisah saat kami masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Aku mengirim SMS kepadanya. Aku belum menceritakan siapa dia itu, sang pangeran di negeri dongengku yang aku yakin setiap perempuan pasti memiliki bayangan atau klise sang pangerannya.

“Ka, aku udah siap nih. Aku tunggu di Stasiun Bandungi ya ka. Jangan telat yah. Sampai ketemuuu”

"Ka"? Oh, jadi seseorang yang sedang ditunggu itu bernama "kaka"? Atau seseorang yang ditunggu itu adalah kakak kelasku? Semuanya salah. Siapakah "ka" itu? Dia adalah kekasihku, namanya Raka. Dia selalu memotivasi hidupku, memberiku saran, dan selalu memberi jalan keluar dengan ketegasannya. Ketika tidak ada harapan untuk hidup, setidaknyaada dia yang selalu menghidupkan semangatku. Mungkin terdengar berlebihan namun aku tak kuasa memunafikkan diri.

Long Distance Relationship atau orang-orang sering menyingkatnya LDR, itu adalah hubungan yang sedang aku jalani saat ini. Aku tau resiko seorang yang menjalani LDR itu Ya, kesepian, kerinduan, dan kekhawatiran. Tapi bagiku semua itu adalah bumbu sebuah hubungan yang kuat dan istimewa. Hanya SMSan dan teleponan yang cukup bahkan lebih dari cukup mengobati kerinduan hatiku padanya. Dan sekarang adalah waktu dimana kami sepasang LDR yang akan akan dipertemukan hari ini. Oh my God, I'm so Happy today.

Hal yang paling dinanti bagi pasangan yang menjalani LDR itu adalah bertemu langsung lalu menhabiskan Quality Time bersama. Kembali lagi, setelah aku sms saat itu dia tidak langsung membalasnya. Tak apa, mungkindia sedang bersiap-siap untuk pertemuan yang selama ini aku tunggu. Aku tak pernah lupa wajahnya terakhir kali kita bertemu, Pipi yang chubby, mata yang agak sipit, dan alis lurusnya yang selalu membunuh hatiku.  Akus pamit kepada orangtuaku, meminta ijin untuk main bersama teman SMAku. Padahal itu hanya alibi saja, ya kalian tahu bagaimana cara anak yang dilarang berpacaran.
Aku melihat jam di handphoneku yang sudah menunjukan jam enam tepat, saat itu aku masih di dalam kendaraan umum yang menuju ke Stasiun Bandung. Macet dan penuh dengan ritme klakson dipagi hari itu adalah sarapan pagi bagi masyarakat Indonesia, Akupun sudah sangat kenyang dengan semua ini muali dari SD sampai Perguruan tinggi negera Indonesia masih saja menjadi negara Berkembang, masih dengan kemacetannya, dan banjirnya. Aku menghentikan lamunanku dan memeriksa Handphoneku untuk memastikan SMS darinya, Tapi masih belum ada balasan. Padahal  semalam kami sudah membicarakan tentang pertemuan hari ini. Dan hatikuun mulai khawatir, aku mencoba mengrim SMS lagi untuk kepastian.

(06:45) “Ka, aku sebentar lagi sampai. Kamu udah dimana? Jangan telat atuh ya.”

(06:52) “Ka, hari ini jadi kan?? Aku udah di Stasiun nih. Aku nunggu di halte ya. Kalau udah sampai sini sms.”

Tibalah aku di depan gerbang pintu masuk stasiun Bandung, Aku berjalan perlahan kehalte dan berharap dia sudah ada disana. Aku terus berfikir positif alasan dia tidak membalasku, sambil berjalan aku terus membatin "mungkin saja dia sedang tidak ada pulsa. Ya mungkin saja". Begitu cepatnya waktu berputar. Saat itu jamtanganku sudah menunjukan pukul  tujuh lewat tigapuluh menit dan taku menunggudi halte itu hampir dua jam. Dan bodohnya, aku terus saja sms dia tanpa ada balasan sedikitpun dan mengapa aku tidak coba telepon dia?! Tidak terpikirkan olehku saat itu. Setelah aku sadar, aku mencoba menelpon dia.
Hanya nada tunggu yang aku dengar saat aku menelponnya.
maaf, nomor yang anda tuju tidakdapat dihubungi silahkan……
Mendengar jawaban seperti itu segera aku matikan karena sebal , mengapa yang meminta maad operator bukannya dia. Dan setelah itu aku terus menghubungi namun selalu saja operator yang menjawab dan meminta maaf  kepadaku.
Dalam hati aku mengeluh, "ini orang niat nggasih buat ketemu?!! Kalo tau bakal kayakgini mending tadi aku tidur saja" . Menyebalkan rasanya karena sudah tiga jam aku menunggunya disini. Aku terus mencoba mengirim sms lagi dan terus mencoba menelpon lagi tapi nihil tak ada balasan sedikitpun. Ramai sekali Stasiun ini, setiap orang yang lalulalang berjalan dan satu persatu aku memperhatikannya namun tidak aku lihat batang hidungnya. Hanya nyanyian sendu yang berasal dari hati yang sekarang sedang menemaniku, menunggu adalah hal yang paling membosanan. Apalagi jika menunngu hal yang tak pasti. Aku ingin menangis tapi aku tau ini adalah tempat umum dan apabila aku menagis sekarang, jelas pasti akan menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada disini. Mengapa? Ya karena aku sendirian masa iya tiba-tiba aku menangis tanpa sebab. Itu menurut orang-orang tapi kenyataannya aku ingin menangis karena ada sebabnya. Pikiranku terus saja terpusat pada beberapa pertanyaan. Apakah hari ini tidak akan ada pertemuan? Apakah hari ini aku harus menangis di tempat yang seharusnya memberikan kisah indah? Tidak, tidak, tidak, aku harus menahan air mata ini yang siap untuk membuncah bersamaan luluhnya hati dan prsaanku. Sebenarnya dia kemana? Jangan buataku khawatir dengan keadaan seperti ini. Jika memang dia tidak bisa datangya aku akan pulang, tapi mengapa aku masih belum pulang setelah sekian lama menunggu di halte ini? Aku tidak tau, aku hanya ingin menangis hari ini. Aku terus mengecek handphone dan berharap ada balasan darinya. Tapi apa yang sedang aku lakukan ini adalah tindakan yang bodoh sampai sampai ada petugas yang mendatangiku.
“neng, lagi nunggu seseorang?”

“hehe, iya pak saya lagi nunggu.” Aku hanya menunuduk.

“saya lihat neng dari tadi nunggu disini ya?” tanya petugas itu,Malu rasanya ternyata ada yang memperhatikanku.

“oh enggak pak, saya baru saja ko pak. hehe”

“oh, Yasudah bapak tinggal dulu ya.Mari.” senyum petugas itu ramah

“iya pak, silahkan.” aku balas senyumnya dengan senyuman bercampur sedih dihati.

Mungkin karena hati ini sedang kesal, aku jadi merasa kesal juga pada bapak petugas itu. Mendengar ucapan “bapak tinggal dulu” itu yasilahkan pergi saja sana jangan balik lagi. Ngapain juga laporan kepadaku.
Mungkin aku sudah tidak sanggup lagi menahan tangis yang sejak tiga jam lalu aku tahan. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi meninggalkan halte itu. Tiba-tiba saat aku berjalan keluar halte, aku menangis begitu amat sangat deras seperti hujan. Ya seperti yang sudah aku bilang, resikonya adalah menjad ipusat perhatian orang-orang. Tapi aku tidak peduli, biarkan semua orang membicarakan aku yang terpenting denganku menangis sedikit mengurangi beban hati yang sejak hati sudah menggunung. Aku memandangi stasiun kereta itu, disinilah tempat seharusnya aku bertemu denganmu, tapi kenyataanya disini pula aku merasakan sakit hati yang teramat dalam, entah apa alasanmu membuatku menunngu seharian tanpa kabar darimu. Apa dosaku sampai kau tega membuatku begini?

Tanpa sadar hari mulai sore, matahari mulai tergelincir dan awan-awan oranye menyelimutinya. Senjapun datang menyaksikan aku yang sedang menangis sendu pelan. dan melihat handphoneku yang tak ada SMS dari sosok yang aku tunggu tidak memberikan kabar sedikitpun. disini aku hanya menangis dan terus menangis, air mataku mengalir deras secara pelan agar orang-orang disekitarku tak tahu aku sedang menangis. Mengapa hujan datang disaat yang tidak tepat? aku berharap hal ini bukansetting sinetron, tapi kenyataannya aku menangis ditengah hujan deras senja agar air mataku tak terlihat arena ditutupi tetesan hujan.

Senja lihatlah, dirimu begitu indah. Namun keindahanmu saat ini tidak merubah perasaan hati yang sedang pilu dan perih. Bahkan hujan punikut menangis walau ia tahu ada senja indah dibalik kesedihanku. Entah apa yang ada dihatiku khawatir, sakit hati, terhianati, dan begitu perih. Hari mulai gelap, hujan deras masih ingin menemaniku disini. Aku duduk di kursi taman yang terletak disebelah Stasiun kereta ini, hanya lampu taman yang menemaniku malam ini. Gerungan suara motor dan mobil yang seakan mengajakku mengobrol di tengah hujan deras ini. Musik lawas yang terdengar di Stasiun seolah mengajaku menari, menghiburku agar aku tidak bersedi hlagi. Namun semua itu hanya bayang semu. Aku tahu hati dan perasaan ini sangat sakit, tapi entah mengapa aku tidak ingin meninggalkan stasiun ini. rasanya ada yang menahanku untuk tidak pergi, tapi aku ingin sekali pergi. Oh Tuhan, apa yang akan Engkau tunjukan.
Tapi aku coba untuk melangkahkan kaki, aku beranjak dari kursi kayu bercat hiajau yang sejak tadi menemaniku sendiri. Lalu tiba-tiba handphoneku berbunyi, segera kubuka ditengah hujan deras dan ternyata itu adalah pesan darinya. Raka.

"sayang, kamu konangis?"

Apa-apaan ini?bagaimana bisa dia tahu kalaua aku sedang menangis? tidak berfikir panjang aku langsung membalas pesan darinya.

"kamu dimana?? aku nunggu kamu seharian, ka! ini sudah sangat gelap, kamu nyebelin!"

"jangan marah dong say, tunggu yah" balasan darinya.

belum sempat aku membalas pesannya, tiba-tiba suara dari handphoneku berbunyi dan ternyata dia meneleponku. Aku segera menerima panggilannya.

"jangan hujan-hujanan, nanti kamu sakit" suara Raka yang agak serak dan renyah itu menggetarkan hatiku

"kamu dimana?" aku teriak sambil menangis dan tak sadar banyak orang ditaman itu yang melihat ke arahku, mereka berbisik satu sama lain, mungkin mereka perfikir aku sudah gila atau aku sedang bertengkar. Aku tidak peduli apa yang mereka fikirkan.

"coba kamu lihat ke belakang."
tanpa berfikir lagi aku langsung melihat ke belakang, mataku tertuju tepat di pintu masuk stasiun kereta api itu dan disana aku melihat sebuah poster besar yang bertuliskan.

"WILLYOUMARRYME?"
Ditengah derasnya hujan, dia datang denga mengenakan jaket denimnya dan kaca mata besar ciri khasnya menghampiriku perlahan yang sudah basah kuyup ini. Aku merasakan detak jantungku yang sangat kuat, kencang, dan entah apa yang aku rasakan saat ini. Semuanya terasa Random. Aku hanya bisa menangis sekencang-kencangnya dan tersungkur lemas ke rerumputan di tama itu. Saat dia berdiri tepat di depanku. Dia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaket denimnya. Dia memandang wajahku, entah berapa lama kita bertatap mata. Aku memanjakan mataku dengan terus memandangi wajahnya. Rahangnya yang kokoh, matanya yang tajam, dan alisnya yang lurus menyempurnakan wajahnya yang sedikit oriental.

"Bolehkah aku menjadi imammu kelak?" tanya Raka dengan senyum tipis dibibirnya

"kamu jahat, kamu..." aku hanya bisa menangis dan tak kuat berbicara

"Aku akan segera melamarmu, aku pasang ya, ini cincin yang telahaku pesan selama setahun. coba liat deh. indah bukan? seperti dirimu, walau sedang menangis kamu tetap indah." Dia membuka kotak cincin itu dan mengeluarkan cincin putih itu yang bersinar terang di gelapnya taman ini, cincin itu berbebtuk hati dan sangat indah jika dipakai oleh siapapun.

“tapi, kalau saja kamu telat menelponku tadi. Aku pasti sudah pergi dan sepertinya tidak akan seindah ini" ujarku lemas

“maaf yah, aku sibuk mengambil cincin ini dan mempersiapkan ini semua, dan aku hanya ingin memberikan kejutan untukmu. Tadinya aku tak tega membiarkanmu menunngu selama ini dan takut gagal namun bagiku ini sempurna, seperti dirimu. Selamat ya atas kelulusanmu semoga ini jadi hadiah terindah yang aku janjikan.” Raka menyalakan lilin dirumput itu lalu, api yang adi di rumput-ruput itu menjalar berbentuk lambang hati yang mengitari aku dan dia.

“ini adalah hadiah terindah.  Sangat indah yang pernah aku terima, makasih ka.” Aku masih belum bisa berhenti menangis, kali ini menangis bahagia yang aku rasakan. Air matakupun kembali mengalir namun ini adalah air mata haru bahagia.

“sama-sama sayang, maafin aku udah buat kamu khawatir.” Rak memelukku erat dan membuatku sangat nyaman, entah mengapa aku sangat nyaman dengannya tak ada celah dihatiku selain wajah dan namanya. Tanpa sadar badanku mulai lemas, tidak dapat merasakan apa-apa lagi dan pandanganku mulai buram lalu kabur, gelap gulita namun sangat hangat.

Saat aku tersadar, aku sudah ada di rumah. Dan di sofa sebelah tempat tidurku ada dia yang sedang tertidur pulas sambil menggenggam tangan kananku. Aku memandang sosok lelaki yang baru saja membuat hatiku sakit namun segera mengobati rasa sakit itu dengan kebahagiaan yang begitu besar. Aku berharap dia adalah seseorang yang Tuhan kirim untuk kehidupanku kelak.
Setelah kejadian di Stasiun itu, seminggu kemudian Raka bertunangan denganku. Kami tidak memutuskan untuk menikah dulu karena kami ingin sama-sama melanjutkan cita-cita yang belum tercapai. Raka yang sama-sama sudah lulus kuliah akan tetapi ia sudah bekerja di toko sepatu didekat kampusnya sejak semester dua, namun ia memutuskan untuk pindah ke kota Bandung dan dia diterima juga bekerja di sebuah perusahaan IT di kota tersebut. Aku pun diterima bekerja di Bank Indonesia di Kota Bandung. Sekarang kami bukan pasangan LDR lagi yang setiap saat hanya sms dan telepon yang mengobati kerinduan kami dan terkadang memarahi operator jika SMS kita pending atau tak ada sinyal, tidak lagi.

Hari ini aku akan bertemu Raka di tempat yang menurutku bersejarah. Dimana lagi kalaubukan di Stasiun Bandung Yang telah menjadi saksi bisu kebahagiaanku saat itu.
Aku segera sms Raka, yang isinya sama persis seperti smskuyangdulu.

“Ka, aku bentarlagi sampai. Kamu udah dimana? Jangan telat atuh ya”

Kali in isms kudibalas olehnya.
“iya sayang, aku udah sampai kok setengah jam yang lalu. Hehe kamu yang jangan telat.”

Setelah sampai di stasiun, baru saja akuturun dari angkot sudah disambut oleh petugas di stasiun kereta tersebut.
“mau nunggu seseorang lagi neng?” petugas yang dulu masih mengenali wajahku, mungkin karena wajhku tidak pasaran makanya dia masih hafal dengan parasku.

“ngga kok pak, justru sekarang saya yang ditunggu. Mari pak.” jawabku ramah

“mari, mari, silahkan.” petugas itu kembali melemparkan senyuman

Akusegera berlari ke arah halte di stasiun itu yang tidak terlalu ramai dan Raka sudah berdiri di pintu masuk halte itu, Raka sangat pas mengenakan coat lengkap dengan topi hitam bercorak garis-garis putihnya, Mirip foto model dimajalah korea.

“siapa yang telat?” raka langsung menghampiriku dengan nada meledek

Aku tersenyum malu, "iya aku, maaf atuh ya. Tapi tidak setelat kamu waktu dulu kan? wuuuu” aku menyenggolnya

“iya iya, yuk ke taman. Aku mau nunjukin sesuatu.” Raka menggandeng tanganku erat

Entah kejutan apalagi yang ia siapkan dan akan diberikan kepadaku. Kami berjalan perlahan menuju taman. Suasana tamannya tak begitu ramai, mungkin karena udara dingin yang menerpa Bandung semenjak beberapa hari lalu membuat warga Bandung malas keluar dari rumahnya. Setelah sampai, luar biasa sangat indah sekali. Taman itu di hias dengan sangat cantik, aku tidak tau harus berkataapa, bibirku membeku, kerongkonganku menjadi kering seketika.

“kamu nyiapin ini semua sendirian? Indah banget. Makasih yah.” Aku tersenyum lebar dan menangis terharu.

“iya atuh sendiri, tapi dibantuin sih sama bapak petugas di stasiun ini. Tuhhhh.” Raka menunjuk ke arah gerbang stasiun itu, Akumelirik ke sebelah kanan dan ternyata itu petugas yang aku temui, dari jauh bapak itu mengacungkan jempol sambil kembali memperlihatkan senyumannya dan aku balas dengan senyuman lagi yang kali ini sama sekali tak terpaksa.

“udah ah liatin pa petugasnya, nanti terpesona.” Canda Raka

“ya engga atuh,kan udah ada kamu.” Aku memandangi rahangnya yang kokoh dan mempererat genggaman tanganku

“iya sayang, ayo duduk disana yuk.”

Kami berdua tepat duduk di kursi yang dulu aku menangis sendirian dan hanya ditemani hujan. Duduk menangisi seseorang yang kini selalu ada disampingku. Yang sudah menjadi panggeran dari negri dongengku.

“tempat ini sangat bersejarah ya?” tanya Raka

“iya ka, haha aku sangat bodoh pada saat itu. Duduk sendirian ditengah hujan dan yaa…” Klise-klise dahulu terbesit dipikiranku dan membuatku terharu kembali.

“sudahlah, tapi kebodohanmu itu menjadikan kita seperti ini kan?" Raka tertawa kecil. "Coba kalau dulu kamu tidak bertindak bodoh seperti itu, mungkin kita tidak akan bersama. Jika kamu tidak menungguku, mungkin aku akan merasa gagal membahagiakanmu. Aku sayang kamu Alisa.” Raka memelukku dengan erat, aku sangat nyaman dengan pelukannya, mrasakan bidangnya dada Raka begitu kokoh dan sangat hangat.

“Akupun begitu, ka.”

Aku bersenderpada raka dan melihat indahnya taman stasiun Bandung tersebut. Memang benar, kadang kesalahan kita bisa menjadikan sebuah kebahagian untukk ita. Dalam hati aku berkata, "benar ka, jika aku tidak bertindak bodoh saat itu. Jika aku tidak menunggumu disini, mungkinaku tidak akan merasakan kebahagiaan yang sekarang sedangakujalani. Bersama denganmu, disampingmu, untuk selamanya.”

Raka menambil buku kecil disakunya dan mulai menulis sesuatu dilembar belakang dari buku bergambar doraemon itu, dan ia memperlihatkannya padaku.

"Keindahan taman ini, tak mampu mengalahkan keindahanmu, Alisa. Saat kamu menungguku, menghiraukan kegagalanku, dan saat kamu berhasil membuat sukses kisah cintaku, kisah cinta kita berdua. Karena cinta abadi takan pernah gagal terlewati"
-Raka-


Posted via ZuzuCorpBlog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar