Minggu, 23 November 2014

Diam

Suaramu terhenti, tanganmu gemetar, diikuti dengan keringat dingin yang terus menjalar di kulit susumu.

Terlihat kamu mencoba bertahan, namun gagal. "Aku butuh waktu untuk sendiri, maaf."

Ketika dia bertanya, "sampai kapan?"

Matamu mulai berkaca-kaca. Bukan karena rasa kecewa yang mencekikmu dari beberapa bulan lalu. Tapi, sebuah kebohongan yang tak bisa lagi kamu tolerir.

"Aku nggak tau, Dendi. Aku nggak ngerti sama perasaanku sekarang." Kamu tertunduk lesu, menyembunyikan raut wajah.

"Apa ada cowok lain yang bikin kamu lebih nyaman?" Dia mencoba mengintrogasi.

"Enggak, maaf."

Semua terdiam.

Perasaanmu benar-benar kacau, terlihat dari sorot matamu yang kusut. Tak pernah bisa mengerti apa yang ia pikirkan, ia rasakan, dan ia inginkan.

Keinginanmu untuk melampiaskan semua ini dengan bentakan di depan wajjhnya tertahan. TaK bisa, kamu terlalu iba untuk melakukan hal itu pada perempuan yang sudah kau perjuangkan.

Kakimu mengambil langkah untuk mendekatinya, lalu memeluk tubuh mungilnya, mungkin untuk yang terakhir kalinya.

"Enggak semua waktu harus dihabisin buat kesibukan kamu aja. Saat kamu mau istirahat, aku bakal ada di sana."

Buat Mimin KF @KampusFiksi, pada tantangan nulis #FFOrangKedua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar