Senin, 20 Juli 2015

REVIEW The Gallows, Berhasil Bikin Kaki Lemes! on 20 Jul 2015

Awalnya, lo pasti ngerasa nggak minat banget nonton film ini karena nggak ada yg rekomendasi atau nggak ngehits. But, lo salah, Guys!

Dari berbagai laporan, film ini disebut cukup dibuat dengan USD 100 ribu atau setara Rp 1,3 miliar aja. Hasilnya, setelah tiga hari rilis, sejak 12 Juli kemarin, filmnya sudah mengumpulkan USD 10 juta. Sudah termasuk untung banget, kan?

Pertanyaannya, kenapa The Gallows bisa dibuat demikian murah meriah?

Tengok aja filmnya dan lo langsung tahu jawabannya.

The Gallows bersetting sekolah. Alkisah, di sebuah sekolah bernama Beatrice High School terjadi kecelakaan mengenaskan tahun 1993. Drama "The Gallows" yang dimainkan murid SMA berakhir nahas saat seorang pelakonnya tewas terjerat tiang gantungan.

Cerita lalu meloncat ke masa 20 tahun kemudian. Di SMA yang sama, drama "The Gallows" kembali siap dipentaskan.

Seorang murid cantik, Pfeifer (Pfeifer Brown) yang giat mengagasnya. Bintang tim football SMA, Reese (Reese Mishler) yang naksir Pfeifer juga ikutan main padahal ia tak punya bakat main drama.

Sahabat Reese, Ryan (Ryan Shoos) kemudian mengajaknya untuk melakukan sabotase, merusak set panggung di malam sebelum pertunjukan yang bakal bikin drama batal dipentaskan. Pacar Ryan, Cassidy (Cassidy Gifford) minta turut serta. Nah, nggak ada yang kalian kenal dari aktor-aktrisnya?

Saat Reese, Ryan, dan Cassidy merusak set panggung tiba-tiba muncul Pfeifer. Kejadian ganjil pun lalu terjadi. Semua pintu tiba-tiba terkunci. Mereka terkurung dalam sekolah. Sesosok makhluk menyeramkan dengan senjata tali tiang gantungan siap meneror mereka.

Cerita The Gallows sesederhana itu. Settingnya hanya sekolahan. Lalu hanya butuh empat pemain utama untuk memerankannya. Semuanya juga tak kita kenal.

Hal itu membuat film macam begini bisa dibuat dengan biaya nurah untuk ukuran Hollywood. Tambahan pula, konsep penceritaannya adalah dokumenter atau bahasa perfilman disebut "found footage", penonton diberi suguhan hasil rekaman kamera yang seolah disorot oleh karakter di film. Cara ini terbukti efektif di franchise Paranormal Activity.

Oke, kita sekarang sudah paham gaya Blumhouse Productions meraup untung. Bagaimana dengan hasil akhirnya lewat The Gallows ini?

Seperti kebanyakan film horor produksi mereka, yang diandalkan The Gallows juga adegan-adegan yang bikin kaget. Konsep rekaman kamera yang dipegang salah satu tokoh membawa kita, penonton, pada kenyataan kita nggak pernah tahu apa yang bakal terjadi. Di film horor, unsur kejutan ini jadi jualan utama.

Di The Gallows, meski tokohnya tampak cerewet menjelaskan plot cerita, kita masih berhasil dibuat kaget dan ketakutan. Untuk yang satu itu formula Blumhouse Productions dengan The Gallows-nya masih berhasil. Dan gue cukup puas dengan merasakan lemas di bagian kaki.

(reff: Ade I)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar