Kamis, 05 November 2015

Review The Martian: "Kentang dan Lakban"

“I'm going to have to
science the shit out of
this.”
— Mark Watney

(9/10)

Terjemahan "Aku harus gunakan ilmu untuk
keluar dari sini" dari kutipan ikonik "I'm gonna
have to science the shit out of this" dalam
The Martian nggak sepenuhnya mampu
merepresentasikan optimisme, kepercayaan
diri, dan gaya slenge'an Mark Watney ( Matt
Damon ) setelah tertinggal di Mars dan harus
bertahan hidup disana selama hampir 2 tahun
sebelum diselamatkan kembali oleh rekan-
rekannya di NASA.

The Martian adalah
penghormatan terhadap ilmu pengetahuan dan
intelegensi manusia yang dihadirkan dengan
cara yang realistis tapi menghibur. Ini adalah
film space-adventure dan/atau survival-
thriller dengan nuansa paling menyenangkan
yang pernah gue tonton.

Dengan keahliannya menangani fiksi-ilmiah
dan atensinya yang super pada detail, Ridley
Scott ( Alien, Blade Runner ) akhirnya
mendapatkan naskah yang tepat — diadaptasi
oleh Drew Goddard dari novel laris yang ditulis
Andy Weir; dan membuat astronot serta
ilmuwan (khususnya ahli botani) terlihat keren,
dan bukan hanya karena mereka memakai
kostum yang (sebenarnya emang) keren bamget. Dan kalian nggak bakal bisa dapetin di toko-toko terdekat.

Teknisnya, Mark bukan tertinggal, melainkan
sengaja ditinggalkan oleh kru Ares III yang
dipimpin oleh Melissa Lewis ( Jessica
Chastain) karena menganggapnya telah tewas
terkena badai dahsyat yang menimpa stasiun
mereka di Mars. Mark ternyata selamat meski
terluka. Sayangnya, pesawat Lewis dkk telah
berangkat untuk pulang ke bumi.

Berbekal
kecerdasannya, Mark harus berusaha bertahan
hidup sendirian selama beberapa tahun ke
depan hingga misi Mars berikutnya, Ares IV
dilakukan. Paling tidak, dia bisa berlindung di
dalam pangkalan NASA di Mars yang diberi
nama Habitat dan memanfaatkan properti
yang tersisa seperti rover, panel surya, dan
lakban (serius, lakban punya peran yang
krusial di sini).

Persediaan makanan yang tertinggal di stasiun
Mars terbatas, jadi Mark harus mengeluarkan
kemampuannya sebagai ahli botani dan
berhasil menanam kentang memanfaatkan
tanah Mars yang dicampur "limbah organik"
manusia serta menciptakan air dari hidrogen.
Saking cerdasnya, dia juga berhasil melakukan
komunikasi terbatas dengan pangkalan NASA
di bumi. Mendapat berita ini, petinggi NASA
Teddy Sanders ( Jeff Daniels), Vincent Kapoor
( Chiwetel Ejiofor) dan Mitch Henderson ( Sean
Bean ) merencanakan misi untuk
menyelamatkan Mark sembari merahasiakan
hal ini dari kru Ares III dengan harapan agar
mereka tak terganggu dalam misinya pulang
ke bumi.

Pun punya banyak nama tenar, film ini
sebenarnya berfokus pada Mark dan usahanya
melawan hal yang tampaknya tak mungkin,
dengan bekal sains dan teknologi. Agar
penonton bisa mengerti bagaimana dia
melakukan hal ini — dan mungkin juga untuk
tujuan pamer kecerdasan dan selera humor,
Mark merekam dan menjelaskan teori sains
yang diterapkannya via jurnal video. Kita tak
perlu memperdebatkan keakuratan secara
ilmiah, karena Scott juga menggandeng teknisi
NASA, James L. Green. Katanya belaiu memang pakar di bidangnya.

Semua tampaknya berjalan lancar, namun
Mark nggak bisa hanya duduk manis dan
menunggu NASA menjemputnya, karena tanpa
alasan yang nggak begitu terjelaskan, Habitat
mengalami malfungsi dan Mark harus
berkendara dengan rover berdaya baterai
terbatas sejauh 3.000 km lebih dengan akomodasi
yang terbatas pula.

Konflik juga bertambah
saat rencana penyelamatan nggak berjalan mulus
dengan pertimbangan efektivitas, keselamatan,
waktu, dan biaya yang tak sedikit.
Dengan Jessica Chastain, Kate Mara, dan
Michael Pena yang bermain sebagai kru Ares
III, nggak sulit sebenarnya menebak alur film,
poin yang sebenarnya mendegradasi ancaman
utama yang dihadirkan. Namun Goddard dan
Scott menyuguhkan jalan menuju ending yang
terprediksi tersebut dengan atmosfer dan detail
yang nggak konvensional untuk ukuran film
seperti ini. Plus, The Martian tak pernah
kehilangan momentum meski berdurasi lebih
dari 2 jam.

Karakterisasinya cenderung datar dan nggak
pernah menggali sisi psikologis dengan dalam.
Mark adalah orang optimis dan bisa dengan
cepat bangkit kembali, meski sempat
mengalami depresi. Namun untungnya Damon
memancarkan pesona alami untuk membuat
kita terikat dengan Mark yang cerdas namun
juga kekanak-kanakan. Karakter lain juga one-
note tapi menarik melihat bagaimana orang-
orang cerdas ini saling berinteraksi dalam satu
gelombang di balik jargon-jargon ilmiah yang
njelimet .

Di samping menjadi popcorn entertainment
yang berkualitas, film ini membuktikan dengan
cara yang meyakinkan bahwa kentang adalah
tanaman yang tangguh dan lakban bisa
dipakai untuk memperbaiki, well nyaris apapun. Keren!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar